JAKARTA, GORIAU.COM -
Pertumbuhan ekonomi Riau yang maju pesat pasca era otonomi telah
mendorong peningkatan kehidupan warga yang bermukim di daerah ini.
Bahkan berdasarkan hasil survey indeks kebahagiaan penduduk tahun 2014
yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Riau menempati posisi teratas
sebagai penduduk paling bahagia di seluruh Indonesia.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS DKI Jakarta, Sri Santo Budi, Kamis (5/2/2015) mengatakan berdasarkan indek kebahagiaan penduduk seluruh Indonesia, Riau menempati posisi teratas, disusul Maluku dan Kalimantan Timur.
Survei yang dilakukan terhadap 1.129 rumah tangga dan hasil indek kebahagiaan dari penduduk di 33 provinsi, Riau meraih angka 72,42; Maluku dengan indeks 72,12, dan Kalimantan Timur dengan indeks 71,45.
''Dari survei yang kami lakukan, kami menemukan beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan DKI Jakarta, berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi. Salah satunya, yang belum menikah paling tidak bahagia,'' kata Sri di kantor BPS DKI, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (5/2).
Dipaparkannya indeks kebahagiaan paling rendah terdapat pada rumah tangga dengan anggota rumah satu orang atau lajang, dengan indeks 66,96. Indeks kebahagiaan paling tinggi pada rumah tangga dengan anggota rumah tangga dua orang mencapai 69,71.
''Jadi ada kecenderungan, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, indeks kebahagiaan akan semakin tinggi. Tetapi menurun kembali pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga lebih dari tujuh orang,” ujarnya.
Indeks kebahagiaan penduduk berstatus menikah dan cerai mati cenderung relatif sama, yaitu masing-masing 69,32 dan 69,29. Indeks kebahagiaan penduduk yang berstatus belum menikah lebih rendah dibandingkan pasangan yang cerai hidup, yaitu 67,76 untuk penduduk yang belum menikah dan 67,90 untuk penduduk yang cerai hidup.
Sri mengungkapkan, indeks kebahagian juga ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tidak atau belum sekolah, mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah sebesar 63,99. Sedangkan indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh penduduk dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 sebesar 79,78.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan semakin meningkatkan pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaan.
“Pada tingkat pendapatan lebih rendah dari Rp 7,2 juta per bulan, indeks kebahagiaan mencapai 76,21. Sedangkan pada tingkat pendapatan Rp 1,8 juta per bulan, indeks kebahagiaannya hanya 62,35,” paparnya.
Aspek yang menggambarkan indeks kebahagiaan didasarkan pada kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan. ***
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS DKI Jakarta, Sri Santo Budi, Kamis (5/2/2015) mengatakan berdasarkan indek kebahagiaan penduduk seluruh Indonesia, Riau menempati posisi teratas, disusul Maluku dan Kalimantan Timur.
Survei yang dilakukan terhadap 1.129 rumah tangga dan hasil indek kebahagiaan dari penduduk di 33 provinsi, Riau meraih angka 72,42; Maluku dengan indeks 72,12, dan Kalimantan Timur dengan indeks 71,45.
''Dari survei yang kami lakukan, kami menemukan beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan DKI Jakarta, berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi. Salah satunya, yang belum menikah paling tidak bahagia,'' kata Sri di kantor BPS DKI, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (5/2).
Dipaparkannya indeks kebahagiaan paling rendah terdapat pada rumah tangga dengan anggota rumah satu orang atau lajang, dengan indeks 66,96. Indeks kebahagiaan paling tinggi pada rumah tangga dengan anggota rumah tangga dua orang mencapai 69,71.
''Jadi ada kecenderungan, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, indeks kebahagiaan akan semakin tinggi. Tetapi menurun kembali pada rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga lebih dari tujuh orang,” ujarnya.
Indeks kebahagiaan penduduk berstatus menikah dan cerai mati cenderung relatif sama, yaitu masing-masing 69,32 dan 69,29. Indeks kebahagiaan penduduk yang berstatus belum menikah lebih rendah dibandingkan pasangan yang cerai hidup, yaitu 67,76 untuk penduduk yang belum menikah dan 67,90 untuk penduduk yang cerai hidup.
Sri mengungkapkan, indeks kebahagian juga ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang tidak atau belum sekolah, mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah sebesar 63,99. Sedangkan indeks kebahagiaan tertinggi dimiliki oleh penduduk dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 sebesar 79,78.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan semakin meningkatkan pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaan.
“Pada tingkat pendapatan lebih rendah dari Rp 7,2 juta per bulan, indeks kebahagiaan mencapai 76,21. Sedangkan pada tingkat pendapatan Rp 1,8 juta per bulan, indeks kebahagiaannya hanya 62,35,” paparnya.
Aspek yang menggambarkan indeks kebahagiaan didasarkan pada kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan. ***
0 comments:
Post a Comment