Makin banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi Cella Energy. Pasalnya, kebutuhan energi untuk menjalankan
kendaraan semakin besar. Sementara itu, energi atau kendaraan alternatif
sekarang punya berbagai keterbatasan.
Dijelaskan,
bahan bakar paling ideal adalah hidrogen. Pasalnya, pembakarannya tidak
menghasilkan emisi karbon. Masalahnya, mobil berbahan bakar
hidrogen—umumnya masih dalam tahap konsep—punya banyak kendala. Hal yang
sama juga terjadi pada kendaraan listrik. Bahkan mesin konvensional
yang menggunakan bensin, diesel, dan gas harga makin mahal karena
regulasi emisi yang makin ketat.
Hidrogen
Prototipe mobil berbahan bakar hidrogen sekarang cukup rumit dan risikonya tinggi. Pasalnya, hidrogen dicairkan sampai suhu minus 253 derajat celsius. Lantas hidrogen cait itu dimampatkan ke dalam silinder atau tangki bertekanan tinggi, 10.000 psi atau 700 bar.
Prototipe mobil berbahan bakar hidrogen sekarang cukup rumit dan risikonya tinggi. Pasalnya, hidrogen dicairkan sampai suhu minus 253 derajat celsius. Lantas hidrogen cait itu dimampatkan ke dalam silinder atau tangki bertekanan tinggi, 10.000 psi atau 700 bar.
Hal
ini tidak hanya memusingkan produsen merancang kendaraan, tetapi juga
stasiun tempat pengisian hidrogen. Butuh biaya mahal dan keterampilan
khusus untuk menanganinya.
Cara
lain, menggubah hidrogen menjadi energi listrik langsung atau sel bahan
bakar (FC) membutuhkan kanister metal hidrida bertekanan rendah.
Problemnya, sulit dibawa-bawa.
Hibrida dan Listrik
Bensin dan diesel? Harga bahan bakar minyak terus melambung atau tak
karuan. Masalah lain, pembakaran menimbulkan emisi karbon. Dengan
tuntutan emisi karbon yang makin ketat, biaya pembuatan mesin semakin
mahal. Ini pula yang menyebabkan produsen terpaksa memperkenalkan mobil
listrik dan hibrida.
Masalahnya, baterai lithium-ion yang digunakan mobil listrik atau hibrida (plug-in)
teknologinya masih baru. Insfrastruktur tempat pengisian listrik sangat
terbatas. Masalah lain, membuat mobil listrik kurang menarik—sekali isi
baterai hanya bisa untuk jarak 160 kilometer.
Padahal, berdasarkan
riset, keinginan pemilik kendaraan, sekali mengisi, bisa untuk menempuh
500 km agar tidak dihinggapi fenomena kecemasan atau khawatir mogok.
Kendala lain, harga mobil listrik masih mahal karena harus menggunakan
komponen penggerak baru.
Hidrogen Cella Energy
Bahan bakar yang digunakan Cella Energy basisnya adalah hidrogen.
Hanya berbeda cara mengemas atau ujudnya. Hidrogen tidak lagi
didinginkan atau dicairkan. Karena itu pula tidak dibutuhkan tangki
tekanan tinggi.
Cella Energy memanfaatkan kelebihan nano-struktur. Selanjutnya, hidrogen atau hidrida dikemas dengan proses coaxial electrospinning
bersama mikro-serat dari polimer. Ukuran serat sepertiga puluh diameter
rambut manusia. Selanjutnya, struktur bahan bakar adalah inti hidrida
dibungkus oleh polimer. Bagian luar berfungsi sebagai pengaman dan
pelindungi hidrida, sekaligus sebagai filter (kimia). Karena itulah,
konsep ini dianggap 100 persen aman plus biaya produksi yang lebih
murah.
Dengan cara
tersebut, pengisian ulang hidrogen dapat dilakukan dalam beberapa menit
saja, seperti bensisn atau diesel. Hanya diperlukan sedikit modifikasi.
Dikatakan, juga bisa digunakan kendaraan dengan sistem sel bahan bakar
(hidrogen sekarang).
Tangki
untuk bahan bakar ini atau bensin sintetik ini tetap berbentuk
konvensional dan ditempatkan seperti posisi sekarang. Karena tidak
memerlukan tekanan tinggi atau suhu rendah, infrastruktur yang ada
sekarang bisa langsung digunakan.
Dikatakan,
konsepnya sama dengan menuang aditif ke bensin. Densitas atau kandungan
energi bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri!
Editor : sesri
Sumber : Kompas.com
0 comments:
Post a Comment