- Latar Belakang
Anak-anak dilahirkan dalam kondisi suci.
Orang tualah yang nantinya membentuk anak, akan seperti apa. Baik dan
buruknya anak, tergantung orang tuanya. Barisan kalimat di atas adalah
benar adanya. Peran orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat
penting dan tak bisa tidak, sangat menentukan keberadaan anak tersebut
di masa akan datang. Kenyataannya, peran orang tua dewasa ini semakin
berat. Betapa tidak. Hantaman era globalisasi telah menafikan aturan
yang melarang anak untuk tidak secepatnya mengenal yang namanya
pornografi atau pornoaksi. Di berbagai media, baik itu elektronik maupun
cetak, tayangan dan gambar yang mengandung unsur pornografi
‘bergentayangan’ tak kenal lelah menghantui anak-anak.
Sekarang ini telah banyak beredar
video-video porno, situs-situs porno dan gambar-gambar porno dikalangan
penerus bangsa, baik anak-anak maupun remaja. Video dan gambar porno
bagi mereka adalah hal biasa. Tentunya keadaan ini sangat memprihatinkan
karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas penerus-penerus
bangsa yang nantinya akibat dampak video, situs dan gambar tersebut
dapat menyengsarakan bangsa maupun Negara.
Remaja yang melihat video, gambar dan
situs porno terus meningkat tiap tahunnya, bahkan anak-anak tingkat sd
saja ada yang pernah melihat. Bahkan sudah mempraktekkannya. Berapa
banyak sudah remaja yang hamil di luar nikah,
Kita tidak tau pasti apa yang akan
terjadi apabila hal itu terus berlanjut dan tidak ada yang ingin
bertindak untuk menguranginya bahkan untuk menghilangkannya .Hal ini
merupakan suatu masalah bagi Negara kita Indonesia atau malah merupakan
masalah dunia yang memang harus di tindak lanjuti.
- Rumusan Masalah
- Apakah dampak beredarnya video porno bagi remaja?
- Bagaimana dampak video porno pada psikologi anak?
- Apakah solusi terbaik bagi beredarnya video porno dikalangan remaja?
- Tujuan Penulisan
- Agar kita lebih mengetahui dampak dari beredarnya video porno.
- Agar orang tua lebih bisa menjaga dan membimbing anaknya supaya tidak terjerumus ke dalam hal-hal negative.
- Supaya para orang tua dapat mencari solusi yang tepat dalam menangani masalah dampak video porno.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Psikologi
Psikologi Pendidikan, Pengertian Psikologi Dalam Perspektif Pendidikan Psikologi Pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
pendidikan, pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi
pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi.
Pengertian Psikologi Pendidikan Secara etimologis, psikologi berasal
dari kata “psyche” yang berartijiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau
ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan
ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi pendidikan
berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembangan. Disini juga
ada beberapa pendapat beberapa ahli tentang psikologi pendidikan, yaitu :
- Arthur S. Reber. Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
- Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
- Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif Penyenggaraan pendidikan keguruan
- Menurut Muhibbin Syah, Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
- Sementara itu menurut Psikologi pendidikan juga merupakan sub disiplin ilmu psikologi. Psikologi pendidikan dideskripsikan oleh L. Thorndike pada tahun 1903 sebagai “middlemen mediating between the science of psychology and the art of teaching”. Dalam banyak studi, secara singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.
Selain dari pada itu pemahaman Psikologi Pendidikan juga merupakan gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
- Pertama adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
- Kedua adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Psikologi pendidikan berminat pada teori
belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan
perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Selain itu psikologi
pendidikan juga mendalami sub-populasi yaitu anak-anak gifted dan yang
dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi
pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas,
pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan
kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan
pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Karena
berkecimpung di ranah sekolah, istilah psikologi pendidikan dan
psikologi sekolah sering dipertukarkan.
Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan,
sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog
sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami
oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar
atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu
proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan
faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar.
Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan
tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru
dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal
memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung
(dengan orang tua, guru dan profesional lainnya).
Karena harus bekerja dengan manusia,
psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan
tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan
psikoanalis. Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul
dari ranah tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson,
Kohlberg, Freud), bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin,
Maslow, McClelland), testing (intelegensi dan kepribadian) dan
interpretasi tesnya.
Psikolog pendidikan juga harus mengikuti
perkembangan mendadak dari area menejemen kelas dan desain
instruksional, pengukuran dan penggunaan gaya dan strategi belajar,
penelitian dalam metakognitif, peningkatan aplikasi pendidikan jarak
jauh, dan perluasan dari pengembangan dan aplikasi teknologi untuk
tujuan instruksional. Karena akan bekerja dengan pendidikan, seorang
yang mempelajari materi ini perlu memperhatikan hal-hal berikut.
- Proses perkembangan siswa – proses ini tentu saja harus disadari oleh individu yang bekerja dalam pendidikan. Perkembangan siswa – terlebih dalam ranah cipta – dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal siswa untuk belajar, apapun halnya.
- Cara belajar siswa – dalam hal ini berkaitan pula dengan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar.
- Cara menghubungkan belajar dan mengajar
- Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.
- Dampak Negatif Video Porno Bagi Psikologi Anak
Berdasarkan catatan sebuah lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Aliansi Selamatkan Anak (ASA)
Indonesia, selain menjadi negara tanpa aturan jelas tentang pornografi,
Indonesia juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang
paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak. Kondisi seperti
itu, sebenarnya telah pula ditangkap Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Lewat beberapa kali penelitian dan survey di
lapangan, terkuak kenyataan di lapangan yang mengetengahkan gambaran
kehidupan anak-anak Indonesia menjelang remaja, salah satunya adalah
kegemaran coba-coba untuk urusan seks.
Salah satunya adalah hasil peneltian di
Provinsi Jawa Barat, di mana dari 2.880 remaja yang disurvey BKKBN usia
15-24 tahun, sedikitnya 40 persen mengaku pernah berhubungan seks
sebelum nikah.Tak hanya sampai
di situ. Survey juga mencatat sedikitnya remaja usia 15-19 tahun hampir
60 persen diantaranya pernah melihat film porno dan 18,4 persen remaja
putri mengaku pernah membaca buku porno. Data terakhir ini diperoleh
dari peneltian oleh sejumlah mahasiswa di Universitas Airlangga terhadap
300 responden.
Sayangnya, banyak orang tua yang
kadangkala kecolongan soal kegemaran anak-anak mereka yang menjelang
remaja ini terhadap pornografi. Masih berdasarkan data terbaru, 25
persen anak-anak bahkan menonton film porno di rumah sendiri, 22 persen
di rumah teman dimana materinya didapat dari VCD rental di sekitar
rumah. Lebih parah lagi, kecanggihan teknologi telepon selular telah
pula dirambah pornografi. Beberapa penyelidikan bahkan diketahui soal
gambar porno yang sampai ke telepon selular atau handphone anak-anak SD.
Bahaya lain yang mengancam anak-anak
adalah keberadaan situs porno. Inke Maris dari ASA Indonesia mengutip
hasil penelitian di Amerika bahwa setidaknya ada 28 ribu situs porno di
internet pada 2000 sementara tiap pekannya hadir 2 ribuan situs porno
baru. Malangnya, di Indonesia, situasi sedemikian tidak segera
ditanggapi oleh pihak berwenang, yakni pemerintah. Hal itu bisa dilihat
dari tidak adanya regulasi yang jelas mengenai pornografi dan pornoaksi
serta hukumnya.
Berita tentang pemerkosaan, pelecehan
seksual dan kejahatan lainnya hampir setiap hari di kabarkan media
massa. Belum lagi video-video porno yang terus diproduksi, baik yang
dibuat secara profesional maupun amatir. Baik video yang memang
diproduksi untuk kepentingan komersil maupun video yang pada awalnya
hanya untuk kepentingan pribadi tapi ‘terpublikasikan’ secara umum.
Dampak video-video tersebut sangat luar biasa terhadap sikap dan gaya
hidup masyarakat. Khususnya para generasi muda yang akan menjadi penerus
bagi kelangsungan bangsa ini kedepannya. Bisa dibayangkan, jika para
pemimpin bangsa di masa depan tersebut, saat ini sedang gemar menonton
video-video mesum. Efek dari tontonan tersebut akan berpengaruh pada
pembentukan sikap dan karakter mereka nantinya.
Agar tulisan ini tidak merembes kepada
hal yang terlalu luas, maka permasalahan yang dibahas hanya pada video
mesum porno sebagai salah satu penyebab dari hilangnya nilai-nilai moral
dan budaya anak bangsa. Kemudian, solusi yang ditawarkan hanya dibatasi
pada tatanan pendidikan anak-anak usia sekolah.
Maraknya aktivitas yang berbau seks bebas
membuat kita menjadi gamang melihat perkembangan generasi muda saat
ini. Setidaknya ada dua hal yang menjadi penyebab hal tersebut dimana
keduanya saling terkait satu sama lain. Penyebab Pertama adalah
perkembangan teknologi yang sangat cepat. Teknologi yang semakin modern,
memungkin penggunanya untuk dapat mengakses informasi dengan sangat
cepat. Sebut saja ada video mesum terbaru yang beredar di sebuah daerah
di jawa. Maka dengan bantuan internet, video tersebut dapat tersebar
luas dengan hitungan menit kesemua daerah di seluruh nusantara ini
dengan bantuan internet.
Penetrasi penyebaran video tersebut
semakin meluas dengan bantuan koneksi data yang juga semakin canggih,
seperti bluetooth dan dari PC ke handphone atau sebaliknya. Pada kasus
Ariel, Luna Maya dan Cut Tari misalnya. Dengan bantuan media massa,
video tersebut diunduh sebanyak 200 ribu download dalam waktu 10 hari
pertama. Andai saja 200 ribu download tersebut dilakukan oleh orang yang
berbeda, berarti terdapat 200 ribu orang yang memiliki video tersebut
dari unduhan internet.Misalkan saja, rata-rata per orang yang mengunduh
tadi juga membagikan video tersebut kepada teman nya yang lain melalui
koneksi bluetooth minimal kepada 2 orang yang berbeda, maka akan
terdapat tambahan 400 ribu orang lagi yang memiliki dan menonton video
tersebut.
Berarti, sekarang ada 600 ribu orang yang
memiliki video tersebut. Bayangkan jika video tersebut beredar seperti
sistem multilevel marketing (MLM). Dan bayangkan juga jika seorang anak
SMP membanggakan kepada teman satu kelasnya bahwa ia memiliki video
tersebut dan kemudian hampir seluruh teman sekelasnya meminta copy video
tersebut. Bayangkan juga jika penyebaran informasi yang sangat cepat
terjadi untuk hal-hal yang positif, seperti penyebaran ilmu pengetahuan,
sosialisasi program pemerintah terbaru, up date penelitian terbaru dan
sebagainya. Sehingga, teknologi tidak dapat disalahkan apalagi dihambat
perkembangannya karena justru akan merugikan manusia itu sendiri. Yang
salah adalah pengguna teknologi yakni manusia itu sendiri. Hal ini lah
yang berkaitan dengan penyebab kedua.
Penyebab kedua yang saling berkaitan
dengan penyebab pertama adalah semakin berkurang nilai nilai pendidikan
moral di setiap jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Pendidikan cenderung diarahkan kepada
pencapaian kemampuan kognitif siswa saja . Walaupun di dalam tiga aspek
pendidikan juga terkandung ranah psikomotor dan afektif (sikap), namun
tetap saja tidak mampu memberikan solusi bagi persoalan degradasi moral
bangsa ini. Hal ini disebabkan karena ranah afektif yang dimaksud adalah
sikap dan minat siswa terhadap masing-masing bidang studi yang sedang
mereka pelajari. Jadi, ranah afektif yang dimaksud bukanlah sikap moral
dan nilai etika yang mampu meninggikan derajat manusia karena keelokan
budi pekerti.
Sering sekali kita mendengar kata-kata
porno, sering kali juga kita melihat hal-hal yang porno. Sengaja maupun
tidak sengaja kita selalu berhadapan dengan hal ini. Tanpa kita sadari
dampak negatif dari hal ini sangatlah besar, apalagi dalam dunia
pendidikan. Dan perlu kita garis bawahi, pengaruh luar pada saat
generasi muda ini harus kita perhatikan, mereka sangatlah liar, mereka
mudah goyang iman.
Sarana teknologi yang canggih, yang salah
satu fasilitasnya bisa menampilkan video benar-benar sangat
dimanfaatkan oleh para pemuda saat ini, akan tetapi sarana ini mereka
buat untuk melihat video yang berbau xxx. Tak hanya itu, mereka juga
merekam adegan mereka sendiri saat bermesraan dengan lawan pasangannya.
Mungkin maksut mereka dibuat momen yang bagus, padahal tanpa mereka
sadari hal ini akan menjadi senjata untuk membunuh mereka sendiri.
Berdasarkan survei terhadap korban online
dilakukan oleh Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi,
hanya sebagian kecil anak-anak mencari pornografi di tujuan, dan
sebagian besar jawaban yang benar dengan cepat meninggalkan situs
tersebut, meskipun beberapa laporan insiden tersebut kepada orang tua.
Paparan terhadap konten seksual eksplisit online dapat terjadi dengan
sangat mudah melalui pencarian Google salah arah menggunakan kata tidak
bersalah seperti “mainan,” kata salah eja atau URL, website menyesatkan
atau email, atau link atau foto dikirim oleh rekan atau melalui spam.
Ketika mengevaluasi apa artinya bahwa
anak Anda melihat materi seksual yang eksplisit, sebelum bereaksi atau
mengambil kesimpulan, langkah pertama adalah untuk menilai situasi untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan apakah ada masalah.
- Solusi Bagi Permasalahan Dampak Video Porno
Solusi menurut saya bagi mereka adalah
kita harus mampu membuat mereka sibuk. Memberikan tugas sekolah tetapi
menyenangkan bagi mereka, menarik bagi mereka. memberikan arahan apa
dampak negatif dari hal semacam judul artikel ini. Dan semua ini tak
lepas dari kedua orang tua atau orang yang ada didekat mereka, orang tua
ini adalah pengganti pembimbing pada saat mereka diluar jam pelajaran.
Selain itu salah satu solusi yang bisa ditawarkan adalah pendidikan
moral semenjak dini dari lingkungan keluarga. Banyak orang tua yang
terjebak pada pola pendidikan yang sebenarnya justru berdampak negatif
bagi perkembangan anak-anaknya.
Orang tua mengajarkan anak-anaknya
berdemokrasi tapi tidak membekalinya dengan batasan yang wajib diketahui
mereka. Sehingga, terjadi kebablasan dalam mengartikan kebebasan
berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan dalam memilih tontonan yang
layak, kebebasan dalam bergaul, kebebasan memilih pakaian sesuka mereka.
Tugas orang tua tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhan lahiriah saja seperti makan, tempat tinggal, dan
pendidikan formal. Tetapi, yang tidak kalah penting adalah kebutuhan
anak untuk menjadi manusia paripurna dengan balutan budi pekerti yang
menawan banyak orang juga merupakan tanggung jawab orang tua. Banyak
faktor yang membuat pendidikan moral keluarga menjadi sangat penting.
Betapa banyak daerah yang menerapkan Perda yang bersifat keagamaan
(Perda Syariah) namun perbuatan asusila juga tidak berkurang. Pornografi
malah semakin menjadi-jadi.
Berarti, Perda yang dikeluarkan oleh
penguasa tersebut tidak mampu membenahi moral anak bangsa. Karena, Perda
pada umumnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat normatif dan
simbolik. Bukan pada nilai-nilainya. Seberapa besar pun sanksi yang
diberikan, jika nilai-nilai moral tersebut tidak bersemayam dalam diri
setiap anak bangsa, tetap saja tidak akan mengubah keadaan.
Jika penguasa telah melakukan perannya
dengan mengeluarkan peraturan yang bersifat mengikat, maka tugas
keluargalah menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anaknya.
Nilai-nilai universal seperti saling menghargai, saling menghormati,
berpakaian layaknya manusia terhormat, tutur kata nan menawan merupakan
produk olahan orang tua yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka dan
diaplikasikan dalam pergaulan. Nilai tersebut adalah materi ajar yang
langsung dipraktekan dan dicontohkan dengan perbuatan oleh orang tua
kemudian ditiru dan dianut secara langsung oleh anak-anak mereka dalam
setiap aktivitas sehari-hari.
Jika setiap keluarga telah melakukannya
maka akan tercipta lingkungan yang kondusif bagi perkembangan budi
pekerti generasi penerus bangsa ini. Sekolah sebagai salah satu
lingkungan yang bersentuhan langsung dengan anak-anak dapat memoles budi
pekerti dengan ilmu pengetahuan dan sikap sebagai intelektual.
Sehingga, tercipta bangsa Indonesia dengan anak-anak yang berbudi
pekerti nan menawan. Selain itu cari tahu bagaimana anak Anda telah
menemukan situs-situs tersebut. Ketika orang lain di rumah dengan akses
ke komputer-memiliki kecanduan seks tersembunyi, anak-anak yang terkena
bahan tersebut dengan atau tanpa sepengetahuan orang tua, memberikan
anak lebih banyak kesempatan dan godaan untuk menjelajahi website
seperti diri mereka sendiri. Karena anak-anak dapat mencari, atau
melihat, situs di luar pertama rasa ingin tahu setelah stumbled atas
mereka atau untuk mengetahui tentang seks. Ketika motivasi
keingintahuan, diagnosis hanya bisa “remaja” atau “menjelang remaja”,
dampak yang jinak, dan prognosis yang baik.
Namun, melihat pornografi, terutama
dengan cara yang berkelanjutan, dapat memiliki efek berpotensi merugikan
pada anak-anak, dan mungkin didorong atau diabadikan oleh kesepian,
isolasi dan paksaan. Tontonan-tontonan acara televisi sekarang ini
cenderung kepada hal-hal yang romantis yang sama sekali tidak mendidik
para generasi muda ini. Acara sinetron cinta, acara telenovela,
kebanyakan ke hal-hal yang justru mempengaruhi pola pikir mereka yang
belum saatnya mereka lakukan. Tugas mereka hanyalah belajar dan
berkreasi positif, yang bisa bermanfaat bagi diri mereka, bagi orang
didekat mereka, khususnya bagi orang tua mereka, dan umumnya bagi dunia
pendidikan dan bagi Agama dan Negara.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak remaja
jaman sekarang sudah sangat gampang terpengaruh oleh video-video porno.
Buktinya makin banyaknya terjadi pemerkosaan dan kehamilan di luar
nikah. Jadi sebaiknya sebagai orang tua memberikan solusi yang bisa
ditawarkan adalah pendidikan moral semenjak dini dari lingkungan
keluarga. Banyak orang tua yang terjebak pada pola pendidikan yang
sebenarnya justru berdampak negatif bagi perkembangan anak-anaknya.
Orang tua mengajarkan anak-anaknya berdemokrasi tapi tidak membekalinya
dengan batasan yang wajib diketahui mereka. Sehingga, terjadi kebablasan
dalam mengartikan kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan
dalam memilih tontonan yang layak, kebebasan dalam bergaul, kebebasan
memilih pakaian sesuka mereka.
Tugas orang tua tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhan lahiriah saja seperti makan, tempat tinggal, dan
pendidikan formal. Tetapi, yang tidak kalah penting adalah kebutuhan
anak untuk menjadi manusia paripurna dengan balutan budi pekerti yang
menawan banyak orang juga merupakan tanggung jawab orang tua. Banyak
faktor yang membuat pendidikan moral keluarga menjadi sangat penting.
Betapa banyak daerah yang menerapkan Perda yang bersifat keagamaan
(Perda Syariah) namun perbuatan asusila juga tidak berkurang. Pornografi
malah semakin menjadi-jadi.
- Saran
Sebaiknya para orang tua lebih mengawasi
anaknya dalam menggunakan internet dan juga lebih diberikan proteksi
agar anak tidak mengakses hal-hal yang merusak moral anak tersebut
karena pertumbuhan psikologi seorang anak sangat dipengaruhi oleh apa
yang mereka lihat dan mereka pelajari.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete